Hikmah Rukun Sa’i, Belajar Tawakkal dari Siti Hajar Saat Menjalani Sa’i

Kategori : Umrah, Haji, Ditulis pada : 27 Maret 2023, 13:58:11

Membahas mengenai ibadah haji dan umrah tentunya sangat menarik bagi kaum muslimin, apalagi bagi Anda yang tengah menyiapkan diri untuk berangkat ke Baitullah. Banyak hikmah yang bisa Anda ambil dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain meningkatkan spiritualitas Anda, Anda bisa memaknai setiap ibadah yang Anda kerjakan ketika di tanah suci.

Terutama ketika menjalankan rukun-rukun haji dan umrah, diantaranya adalah sa’i. Sa’i merupakan rukun ketiga setelah ihram dan thawaf. Serupa dengan rukun-rukun yang lain, sa’i mempunyai karakteristik khusus dalam aktivitasnya. Istimewanya lagi, Anda bisa mengambil hikmah dari sejarah mengapa sa’i jadi rukun yang tak boleh Anda lewatkan.

16.jpg

Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash

Secara bahasa, sa’i memiliki arti usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal artinya berjalan cepat bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, diawali dari bukit Shafa dan terakhir di bukit Marwa.

Jarak antara bukit Shafa dan Marwa adalah sejauh 400 meter, jadi total jarak yang Anda tempuh  kurang lebih 3 kilometer jika bolak-balik sebanyak 7 kali. Tentunya, Anda harus mempersiapkan kesehatan fisik sebelum melaksanakan rukun ini. Misalnya, olahraga dengan teratur seperti berjalan sekian langkah per hari, jogging atau lari setiap pagi, atau lainnya yang dapat meningkatkan kekuatan fisik Anda. Jadi fisik Anda jauh lebih kuat saat menunaikan rukun haji dan umrah seperti sa’i.

Sejarah Rukun Sa’i

Bila melihat sejarahnya, rukun sa’i ini berawal dari kisah Nabi Ibrahim ketika diperintahkan oleh Allah SWT untuk pindah dari Palestina ke lembah tandus bernama Makkah. Saat itu, merupakan hal yang berat untuk Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail kecil di lembah yang gersang nyaris tanpa kehidupan di sana.

Siti Hajar hanya pasrah berjalan dibelakang suaminya, pun saat Nabi Ibrahim pergi meninggalkannya di tempat tersebut. Siti Hajar tidak mengerti dengan apa yang terjadi, berkali-kali ia bertanya pada Nabi Ibrahim yang enggan menjawab. Akhirnya ia bertanya, “Hendak kemanakah Engkau, wahai Ibrahim?” Akan tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawab.

Hinga Siti Hajar bertanya, “Kepada siapakah kami ditinggalkan di lembah ini? Apakah Allah SWT yang menyuruhmu, wahai Ibrahim?” Lalu Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Allah yang menyuruhku.” Dengan wajah yang bahagia kemudian ibunda Ismail menjawab, “Laa Yudhoiyyuna ya Allah,” yang artinya ‘Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.

Nabi Ibrahim pun kembali ke Palestina. Meninggalkan istri dan Ismail kecil di lembah tandus tersebut karena Allah SWT. Ia menyerahkan segala urusan pada Allah. Siti Hajar, sebagai istri yang shalihah juga beriman kepada Allah SWT yakin bahwa dirinya akan ditolong oleh Allah.

Selama berhari-hari ia berusaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Hingga suatu hari perbekalannya sudah habis, Ismail kecil juga terus menangis karena air susunya tidak keluar. Lalu, Siti Hajar berusaha mencari air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.

Siti Hajar berjalan cepat dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa mengetahui di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang ia lihat. Ia kesana-kemari sebanyak 7 kali, sambil terus berdoa kepada Allah, yakin Allah akan memberikan pertolongan kepadanya. Tentu saja, Allah datangkan pertolongan-Nya di saat yang tepat.

Tidak disangka, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, akan tetapi Allah justru hadirkan sumber mata air dari bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan hingga hari ini masih bisa Anda nikmati yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, jika Allah telah menghendaki apapun bisa terjadi.

pexels-pixabay-221189.jpg

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Nama Zamzam juga memiliki kisah, disebut air zamzam sebab sumber air itu terus memancar tiada henti bahkan diumpamakan kota Makkah bisa tenggelam bila hal tersebut terus terjadi. Maka, Siti Hajar berkata “Zamzam, zamzam!” yang maknanya, “Kumpullah, kumpullah!’ sehingga mata air tersebut tetap memancar namun tidak berlebihan.

Hikmah Rukun Sa’i

Belajar dari Siti Hajar, ada banyak hikmah yang dapat Anda petik dari rukun sa’i. Berbagai nilai-nilai positif yang bisa Anda laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut beberapa hikmah yang dapat Anda simak:

Belajar Tentang Keimanan

Siti Hajar merupakan salah satu hamba yang dicintai Allah karena keimanannya. Ini terbukti dari reaksi beliau ketika Nabi Ibrahim mengungkapkan bahwa apa yang dikerjakannya adalah semata-mata perintah Allah SWT. Ia juga yakin bahwa Allah tak akan menelantarkannya, walaupun tampaknya ia tinggal di tanah yang gersang saat itu.

Bersikap Tawakkal

Siti Hajar juga menunjukkan betapa ia penuh tawakkal kepada penciptanya. Berbeda dengan pasrah, tawakkal adalah sikap menyerahkan segala apa yang terjadi sesuai dengan kemauan Allah. Oleh karena itu, dalam sikap tawakkal juga ada peran ikhtiar Siti Hajar di sana. Tugas kita adalah berikhtiar, tapi soal hasil Allah yang menentukan. Sehingga tetap bergantung kepada Allah sebagai satu-satunya pemberi pertolongan dan Yang Maha Berkehendak.

Ikhtiar

Seperti yang disebutkan di atas, tawakkal harus diiringi dengan ikhtiar. Ibunda Siti Hajar mencontohkan bagaimana ia tak berputus asa menemukan sumber air antara bukit Shafa dan Marwa. Ia tetap bergerak tiada henti, diiringi keimanan dan sikap tawakkalnya untuk terus berikhtiar. Sehingga Allah datangkan bantuan mata air zamzam di bawah kaki Ismail kecil.

Jika dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, Anda boleh berusaha dengan cara apapun selama itu dengan cara yang diridhoi Allah. Akan tetapi, kadang Allah datangkan solusi dari arah yang tidak disangka-sangka. Tak selalu dari apa yang Anda inginkan, tapi tetap yakin bahwa itulah yang terbaik menurut Allah.

Ikhlas

Sebagai penutup, dari rukun sa’i Anda dapat mengambil hikmah tentang keikhlasan. Bagaimana Siti Hajar sangat ikhlas menerima ketetapan takdir yang Allah berikan, taat kepada perintah-Nya dengan ikhlas tanpa keluhan saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, ikhlas merawat Ismail, dan seterusnya. Tanpa adanya keikhlasan, akan sulit rasnya menerima ketetapan Allah, karena sifat manusia yang tak pernah ada puasnya.

Nah, itulah hikmah sa’i yang bisa Anda ambili dari kisah Siti Hajar. Semoga bisa menambah keimanan Anda, serta semakin bersemangat saat menjalankan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat!

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id